Menurut beberapa penelitian, jiwa manusia itu tanpa sadar selalu memberi sinyal pada ekspresi di fisik, terhadap apa yang bergejolak di jiwanya. begitu pula pemilihan corak dan warna pakaian yang kita pakai.
Saya kadang prihatin melihat beberapa perempuan tampil dengan pakaian berwarna ‘menabrak’ dan terlihat janggal sekali, ada beberapa mahasiswi berjibab dengan pakaian atasnya bercorak bunga-bunga yang heboh warna, dan bagian pakaian bawahnya bercorak kotak-kotak.! wow bingung lihatnya.! mata jadi ‘gerah’ dengan warna dan corak yang saling menabrak ini. apa gerangan dengan jiwa siswi ini.?
Jika kita dalam kondisi yang bahagia, tanpa sadar kita memilih warna-warna yang berkesan romantis, dan ketika kita membutuhkan keyakinan dan kepercayaan diri, tanpa sadar kita akan memilih warna-warna berkesan kuat dan berani. Demikian juga ketika jiwa kita resah, tanpa sadar corak dan warna pakaian kita ‘kacau’
KITA peka terhadap warna dan segala yang dipantulkannya. Mata manusia hanya bisa melihat warna merah sampai ungu, yang di dalamnya terdapat tiga warna dasar, yaitu merah, kuning, dan biru. Percampuran warna-warna dasar menghasilkan warna baru. Misalnya, warna merah yang dicampur dengan kuning, terciptalah warna oranye (jingga). Begitu juga warna kuning dicampur dengan warna biru, maka terciptalah warna hijau. Selanjutnya warna biru dicampur dengan warna merah, maka terciptalah warna ungu.
<!--More-->
Sejak dulu kita akrab dengan warna karena warna identik dengan kesehatan jasmani, kesehatan jiwa, dan suasana perasaan kita. Warna juga bisa mengindikasikan jenis kelamin. Warna biru diindikasikan dengan anak laki-laki, sehingga perlengkapan bayi laki-laki didominasi warna biru, sedangkan bayi perempuan diindikasikan dengan warna merah muda (pink).
Warna juga mengindikasikan karakter. Kita punya bendera kebangsaan berwarna merah-putih. Merah berarti berani, putih berarti suci. Kita akan berpakaian hitam atau yang berwarna redup kala menghadiri pemakaman dan kita berusaha memakai warna ceria yang glamor kala menghadiri pesta. Maka, warna bisa bermakna membangun atau merusak. Warna juga bisa bermakna menekan atau menarik, bahkan warna juga bisa memberi gambaran kepribadian sese-orang.
Manusia zaman purba membutuhkan keterampilan, semangat yang tinggi, untuk mempertahankan hidupnya. Kondisi alam dengan isinya memaksa mereka berjuang secara fisik agar mampu beradaptasi dengan alam yang didiaminya. Maka, revolusi tercipta dari warna merah yang diidentikkan dengan semangat dan keberanian, menyusul ditemukannya api sebagai pembantu perjuangan hidup.
Manusia pun menuju era hidup yang lebih dinamis yang bergerak lebih cepat dengan segala yang terjadi dalam kehidupannya. Pertumbuhan manusia yang pesat harus diiringi dengan kehidupan yang lain agar keseimbangan terjaga. Maka, revolusi tercipta dari warna kuning yang diidentikkan dengan pergerakan dan ambisi untuk maju. Kemudian, terciptalah roda dan berbagai jenis angkutan diciptakan untuk membantu mempercepat gerak manusia dalam menjaga keseimbangan hidupnya.
Medan Energi
Manusia yang hidup di zaman modern sudah memiliki “keberanian untuk berjuang” dan “kecepatan dan ambisi untuk maju”. Nah, sekarang yang berkembang adalah revolusi dari warna biru yang diidentikkan dengan nalar dan kecerdasan intelektual seseorang. Maka, berbagai penemuan tercipta untuk menyempurnakan kehidupan manusia dan isinya di alam ini. Itulah revolusi yang membawa dampak luar biasa bagi semua makhluk bumi. Misalnya, penemuan listrik oleh Thomas A Edison telah membawa berbagai perubahan dalam kehidupan ini.
Semua makhluk hidup mempunyai medan energi yang mengelilingi fisiknya. Medan energi ini menghasilkan warna berdasar frekuensi getaran elektromagnetik pada tubuh masing-masing orang. Warna energi ini sangat spesifik untuk setiap orang. Tidak bisa persis satu dengan yang lain, walaupun sering ditemukan kemiripan yang nyaris sama. Orang yang frekuensi getaran (warna) energinya mirip, akan lebih cepat merasa akrab, dibanding orang yang frekuensinya sangat berjauhan.Warna energi elektromagnetik tubuh ini mengindikasikan kesehatan jasmani, kesehatan mental, dan suasana hati (mood) seseorang.
Dengan demikian bisa disimpulkan warna energi seseorang juga merupakan cerminan karakter seseorang. Sebab, medan energi warna ini dibangkitkan dalam tubuh seseorang dan medan energi lain diterima dari luar tubuhnya. Ini terjadi berdasar interaksi alam. Nah, berdasar kajian itu, maka terapi warna bisa digunakan untuk menyeimbangkan energi seseorang untuk lebih sehat, baik jasmani maupun mental dan suasana hatinya.
Seperti yang sudah diuraikan sebelumnya, evolusi manusia berjalan didasari oleh warna, maka karakter seseorang bisa disimpulkan berdasarkan hal tersebut. (lihat boks). Contoh warna energi elektromagnetik seseorang
Warna Keterangan merah, oranye, kuning orang tersebut lebih dominan sebagai pribadi yang dinamis, bersemangat, dan mudah bergaul. Jika dalam keadaan tertekan, kelakuan negatifnya keluar sebagai temperamen yang mudah terpancing emosi keras. hijau, biru dan jingga orang tersebut lebih dominan sebagai pribadi yang berpikir detail, mengandalkan intuisi, dan bergerak lebih hati-hati. Jika dalam keadaan tertekan, kelakuan negatifnya keluar dalam tindakan yang lamban dan pesimistis.
Saya kadang prihatin melihat beberapa perempuan tampil dengan pakaian berwarna ‘menabrak’ dan terlihat janggal sekali, ada beberapa mahasiswi berjibab dengan pakaian atasnya bercorak bunga-bunga yang heboh warna, dan bagian pakaian bawahnya bercorak kotak-kotak.! wow bingung lihatnya.! mata jadi ‘gerah’ dengan warna dan corak yang saling menabrak ini. apa gerangan dengan jiwa siswi ini.?
Jika kita dalam kondisi yang bahagia, tanpa sadar kita memilih warna-warna yang berkesan romantis, dan ketika kita membutuhkan keyakinan dan kepercayaan diri, tanpa sadar kita akan memilih warna-warna berkesan kuat dan berani. Demikian juga ketika jiwa kita resah, tanpa sadar corak dan warna pakaian kita ‘kacau’
KITA peka terhadap warna dan segala yang dipantulkannya. Mata manusia hanya bisa melihat warna merah sampai ungu, yang di dalamnya terdapat tiga warna dasar, yaitu merah, kuning, dan biru. Percampuran warna-warna dasar menghasilkan warna baru. Misalnya, warna merah yang dicampur dengan kuning, terciptalah warna oranye (jingga). Begitu juga warna kuning dicampur dengan warna biru, maka terciptalah warna hijau. Selanjutnya warna biru dicampur dengan warna merah, maka terciptalah warna ungu.
<!--More-->
Sejak dulu kita akrab dengan warna karena warna identik dengan kesehatan jasmani, kesehatan jiwa, dan suasana perasaan kita. Warna juga bisa mengindikasikan jenis kelamin. Warna biru diindikasikan dengan anak laki-laki, sehingga perlengkapan bayi laki-laki didominasi warna biru, sedangkan bayi perempuan diindikasikan dengan warna merah muda (pink).
Warna juga mengindikasikan karakter. Kita punya bendera kebangsaan berwarna merah-putih. Merah berarti berani, putih berarti suci. Kita akan berpakaian hitam atau yang berwarna redup kala menghadiri pemakaman dan kita berusaha memakai warna ceria yang glamor kala menghadiri pesta. Maka, warna bisa bermakna membangun atau merusak. Warna juga bisa bermakna menekan atau menarik, bahkan warna juga bisa memberi gambaran kepribadian sese-orang.
Manusia zaman purba membutuhkan keterampilan, semangat yang tinggi, untuk mempertahankan hidupnya. Kondisi alam dengan isinya memaksa mereka berjuang secara fisik agar mampu beradaptasi dengan alam yang didiaminya. Maka, revolusi tercipta dari warna merah yang diidentikkan dengan semangat dan keberanian, menyusul ditemukannya api sebagai pembantu perjuangan hidup.
Manusia pun menuju era hidup yang lebih dinamis yang bergerak lebih cepat dengan segala yang terjadi dalam kehidupannya. Pertumbuhan manusia yang pesat harus diiringi dengan kehidupan yang lain agar keseimbangan terjaga. Maka, revolusi tercipta dari warna kuning yang diidentikkan dengan pergerakan dan ambisi untuk maju. Kemudian, terciptalah roda dan berbagai jenis angkutan diciptakan untuk membantu mempercepat gerak manusia dalam menjaga keseimbangan hidupnya.
Medan Energi
Manusia yang hidup di zaman modern sudah memiliki “keberanian untuk berjuang” dan “kecepatan dan ambisi untuk maju”. Nah, sekarang yang berkembang adalah revolusi dari warna biru yang diidentikkan dengan nalar dan kecerdasan intelektual seseorang. Maka, berbagai penemuan tercipta untuk menyempurnakan kehidupan manusia dan isinya di alam ini. Itulah revolusi yang membawa dampak luar biasa bagi semua makhluk bumi. Misalnya, penemuan listrik oleh Thomas A Edison telah membawa berbagai perubahan dalam kehidupan ini.
Semua makhluk hidup mempunyai medan energi yang mengelilingi fisiknya. Medan energi ini menghasilkan warna berdasar frekuensi getaran elektromagnetik pada tubuh masing-masing orang. Warna energi ini sangat spesifik untuk setiap orang. Tidak bisa persis satu dengan yang lain, walaupun sering ditemukan kemiripan yang nyaris sama. Orang yang frekuensi getaran (warna) energinya mirip, akan lebih cepat merasa akrab, dibanding orang yang frekuensinya sangat berjauhan.Warna energi elektromagnetik tubuh ini mengindikasikan kesehatan jasmani, kesehatan mental, dan suasana hati (mood) seseorang.
Dengan demikian bisa disimpulkan warna energi seseorang juga merupakan cerminan karakter seseorang. Sebab, medan energi warna ini dibangkitkan dalam tubuh seseorang dan medan energi lain diterima dari luar tubuhnya. Ini terjadi berdasar interaksi alam. Nah, berdasar kajian itu, maka terapi warna bisa digunakan untuk menyeimbangkan energi seseorang untuk lebih sehat, baik jasmani maupun mental dan suasana hatinya.
Seperti yang sudah diuraikan sebelumnya, evolusi manusia berjalan didasari oleh warna, maka karakter seseorang bisa disimpulkan berdasarkan hal tersebut. (lihat boks). Contoh warna energi elektromagnetik seseorang
Warna Keterangan merah, oranye, kuning orang tersebut lebih dominan sebagai pribadi yang dinamis, bersemangat, dan mudah bergaul. Jika dalam keadaan tertekan, kelakuan negatifnya keluar sebagai temperamen yang mudah terpancing emosi keras. hijau, biru dan jingga orang tersebut lebih dominan sebagai pribadi yang berpikir detail, mengandalkan intuisi, dan bergerak lebih hati-hati. Jika dalam keadaan tertekan, kelakuan negatifnya keluar dalam tindakan yang lamban dan pesimistis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar